Selamat berjumpa lagi warga Story Internet.
Pada kesempatan hari ini saya
ingin membahas sebuah medsos yang sedang ramai di bahas akibat Peristiwa Penembakan di Sinagoge beberapa waktu lalu di Amerika Serikat. Yaitu, Gab.
Sumber: gab.ai |
***
Jika kita menggunakan medsos
seperti Facebook atau Twitter dan anda merasa menemukan konten-konten yang
berunsur SARA atau mengandung ujaran kebencian. Tunggu sampai anda menggunakan
Gab. Inilah media sosial yang khusus dirancang untuk mengakomodir kebebasan
bicara (dalam artian sesunggunnya) hingga batas paling maksimum, termasuk
hujatan seekstrem apapun. Medsod toxic untuk orang-orang toxic.
Setiap pengguna Gab memang
betul-betul dibebaskan bercuap-cuap hingga 300 karakter untuk mengemukakan
ujaran apapun, termasuk kebencian, tanpa perlu takut terkena suspended.
Larangan berekspresi di Gab adalah seputar ancaman kekerasan, terorisme,
pornografi anak, revenge porn, hingga doxing.
Sejarah Pendiriian Gab
Gab didirikan pada 2016 oleh
Andrew Torba dan Ekrem Buyukkaya, keduanya pengusaha yang juga jebolan Silicon
Valley. Gab mereka buat sebagai alternatif dari Twitter dan Facebook. Keduanya mereka
anggap melakukan standar ganda karena kerap menyensor ekspresi politik kalangan
kaum kanan. Dalam suratnya kepada Buzzfeed News,
Torba sempat menjelaskan mengenai bias sensor tersebut.
"Apa yang membuat ‘kaum
kiri’ berhak memonopoli media sosial dan memberitahu kami apa itu 'berita' dan
apa yang 'tren', lalu mendefinisikan apa arti ‘pelecehan’? Hal itu tidak terasa
benar untuk saya, dan saya ingin mengubahnya, serta memberikan yang adil bagi
orang lain."
Kendati demikian, Torba tetap
menggarisbawahi bahwa Gab bukan platform khusus bagi kaum kanan, tetapi juga
mengakomodir seiap kalangan. Sebagaimana yang pernah ia katakan kepada Fox News.
“Gab bukan untuk grup tertentu,
ideologi, basis politik, ras, atau apapun. Semua orang diperkenankan
mengekspresikan diri mereka di Gab. Sejak dari awal peluncuran kami menerima
siapa saja, sebab kami membela kebebasan berekspresi. Hanya saja, belakangan
banyak kaum kanan berkumpul di sini karena mereka sering kena sensor di
platform lain."
Migrasi kaum kanan Amerika ke Gab
memang banyak terjadi akibat sensor. Makin besar jumlahnya sejak Twitter
menutup akun Tila Tequila,
seorang pesohor di Amerika, usai ia mengunggah fotonya tengah berpose salam
Nazi saat menghadiri konferensi kaum kanan di Washington, November 2016 lalu. Sebelumnya, Twitter juga menutup akun Milo Yiannopoulos,
editor senior Breitbart, media ultra-konservatif yang kerap menyuarakan
supremasi kulit putih Amerika, pada Juli 2016 lalu.
Di Gab pula Richard Spencer,
pentolan kaum kanan-radikal-pembela-supremasi-kulit-putih-Amerika, juga bebas
bercuap-cuap mengekspresikan kebenciannya terhadap kaum kulit berwarna.
Sementara di level organisasi, juga terdapat Britain First, partai fasis di
Inggris dan Generation Identity, organisasi berhaluan kanan khusus Eropa dan
Amerika Utara. Semua contoh yang disebutkan itu adalah “seleb” di kalangan
Gabbers, istilah bagi para pengguna Gab.
Sumber: eutimes.com |
Karena hal inilah, hingga saat ini aplikasi Gab di ban baik oleh IOS dan Google Play Store. Sehingga penggunanya harus membuka Gab melalui browser.
Adapun jumlah user Gab sejauh ini
berkisar di angka 400.000, berdasarkan data yang dilansir Venturebeat pada 7
Februari 2018. Namun jumlah sedikit tersebut terhitung loyal dan karenanya Gab
terus bertahan. Di antara mereka yang loyal itulah terdapat nama Robert Bowers.
Dia adalah pelaku penembakansinagoga Tree of Life Congregation di Pittsburgh, Amerika, yang menewaskan 11
umat Yahudi, Sabtu (27/10/2018) lalu.
Bowers dan Peristiwa Penembakan
Sinagoge…
Bowers, 47 tahun, bukanlah
tipikal keyboard warrior(orang yang biasa terlibat war di medsos). Maka ketika
Bowers mengunggah koleksi pistolnya sambil bercuit di Gab bahwa “Yahudi adalah
anak-anak setan”, lalu menganggap HIAS (Hebrew Immigrant Aid Society),
organisasi yang membantu pengungsi Yahudi masuk ke Amerika “akan membawa
penjajah untuk rakyat kita”, ia benar-benar melakukannya.
Kurang lebih empat jam usai ia
mencuitkan hal itu, Bowers berangkat sendirian menyerbu sinagoga Tree of Life
Congregation dengan bersenjatakan senapan serbu jenis AR-15 dan tiga buah
pistol alu menembaki para jemaat di dalamnya dengan membabibuta sambil
berteriak: “Semua Yahudi harus mati!”.
Selain 11 orang tewas, insiden
yang terjadi sekitar 20 menit itu juga melukai enam orang, empat di antaranya
adalah polisi. Korban termuda bernama David Rosenthal dengan usia 54 tahun. Ia
meninggal dunia bersama kakaknya, Cecil Rosenthal, yang berusia 59 tahun.
Sementara korban tertua adalah Rose Mallinger, 97 tahun. Ada pula pasangan
suami istri, Sylvan Simon (86 tahun) dan Bernice Simon (84).
Saat Bowers melakukan aksinya, di
sinagoga tersebut kongregasi tengah melakukan kebaktian Hari Sabat di beberapa
ruangan berbeda. Selain itu, di dalam gedung juga sedang berlangsung ritual
khitanan bagi bayi dan anak laki-laki. Namun, aparat setempat telah memastikan
anak-anak dan bayi tidak ada yang tewas atau terluka. Bowers akhirnya dapat
dilumpuhkan setelah baku tembak dengan aparat.
Atas kejahatannya, Bowers
diganjar 29 dakwaan, mulai dari pembunuhan dan kekerasan menggunakan senjata
api, pelanggaran kebebasan beragama, mencegah warga melaksanakan kebebasan
beragama yang berakibat pada kematian, kejahatan berlandaskan kebencian.
Sementara pihak Gab, melalui
pernyataan resminya, turut mengutuk kebiadaban Bowers, namun mereka tetap
menolak jika dianggap “berpartisipasi” dalam aksi tersebut. Bagi Gab, jika
konteksnya adalah kejahatan, maka semua media sosial harusnya juga ikut disalahkan.
“Para pelaku kriminal dan tindakan kriminal ada di setiap media sosial
manapun”, demikian tulis mereka.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar