Sabtu, 03 November 2018

Mengenal Gab: Media Sosial Paling Toxic untuk orang-orang Toxic


Selamat berjumpa lagi warga Story Internet.

Pada kesempatan hari ini saya ingin membahas sebuah medsos yang sedang ramai di bahas akibat Peristiwa Penembakan di Sinagoge beberapa waktu lalu di Amerika Serikat. Yaitu, Gab.

Sumber: gab.ai
***


Jika kita menggunakan medsos seperti Facebook atau Twitter dan anda merasa menemukan konten-konten yang berunsur SARA atau mengandung ujaran kebencian. Tunggu sampai anda menggunakan Gab. Inilah media sosial yang khusus dirancang untuk mengakomodir kebebasan bicara (dalam artian sesunggunnya) hingga batas paling maksimum, termasuk hujatan seekstrem apapun. Medsod toxic untuk orang-orang toxic.

Setiap pengguna Gab memang betul-betul dibebaskan bercuap-cuap hingga 300 karakter untuk mengemukakan ujaran apapun, termasuk kebencian, tanpa perlu takut terkena suspended. Larangan berekspresi di Gab adalah seputar ancaman kekerasan, terorisme, pornografi anak, revenge porn, hingga doxing.

Sejarah Pendiriian Gab

Gab didirikan pada 2016 oleh Andrew Torba dan Ekrem Buyukkaya, keduanya pengusaha yang juga jebolan Silicon Valley. Gab mereka buat sebagai alternatif dari Twitter dan Facebook. Keduanya mereka anggap melakukan standar ganda karena kerap menyensor ekspresi politik kalangan kaum kanan. Dalam suratnya kepada Buzzfeed News, Torba sempat menjelaskan mengenai bias sensor tersebut.

"Apa yang membuat ‘kaum kiri’ berhak memonopoli media sosial dan memberitahu kami apa itu 'berita' dan apa yang 'tren', lalu mendefinisikan apa arti ‘pelecehan’? Hal itu tidak terasa benar untuk saya, dan saya ingin mengubahnya, serta memberikan yang adil bagi orang lain."

Kendati demikian, Torba tetap menggarisbawahi bahwa Gab bukan platform khusus bagi kaum kanan, tetapi juga mengakomodir seiap kalangan. Sebagaimana yang pernah ia katakan kepada Fox News.

“Gab bukan untuk grup tertentu, ideologi, basis politik, ras, atau apapun. Semua orang diperkenankan mengekspresikan diri mereka di Gab. Sejak dari awal peluncuran kami menerima siapa saja, sebab kami membela kebebasan berekspresi. Hanya saja, belakangan banyak kaum kanan berkumpul di sini karena mereka sering kena sensor di platform lain."

Migrasi kaum kanan Amerika ke Gab memang banyak terjadi akibat sensor. Makin besar jumlahnya sejak Twitter menutup akun Tila Tequila, seorang pesohor di Amerika, usai ia mengunggah fotonya tengah berpose salam Nazi saat menghadiri konferensi kaum kanan di Washington, November 2016 lalu. Sebelumnya, Twitter juga menutup akun Milo Yiannopoulos, editor senior Breitbart, media ultra-konservatif yang kerap menyuarakan supremasi kulit putih Amerika, pada Juli 2016 lalu.

Di Gab pula Richard Spencer, pentolan kaum kanan-radikal-pembela-supremasi-kulit-putih-Amerika, juga bebas bercuap-cuap mengekspresikan kebenciannya terhadap kaum kulit berwarna. Sementara di level organisasi, juga terdapat Britain First, partai fasis di Inggris dan Generation Identity, organisasi berhaluan kanan khusus Eropa dan Amerika Utara. Semua contoh yang disebutkan itu adalah “seleb” di kalangan Gabbers, istilah bagi para pengguna Gab.

Sumber: eutimes.com

Karena hal inilah, hingga saat ini aplikasi Gab di ban baik oleh IOS dan Google Play Store. Sehingga penggunanya harus membuka Gab melalui browser.

Adapun jumlah user Gab sejauh ini berkisar di angka 400.000, berdasarkan data yang dilansir Venturebeat pada 7 Februari 2018. Namun jumlah sedikit tersebut terhitung loyal dan karenanya Gab terus bertahan. Di antara mereka yang loyal itulah terdapat nama Robert Bowers.

Dia adalah pelaku penembakansinagoga Tree of Life Congregation di Pittsburgh, Amerika, yang menewaskan 11 umat Yahudi, Sabtu (27/10/2018) lalu.

Bowers dan Peristiwa Penembakan Sinagoge…

Bowers, 47 tahun, bukanlah tipikal keyboard warrior(orang yang biasa terlibat war di medsos). Maka ketika Bowers mengunggah koleksi pistolnya sambil bercuit di Gab bahwa “Yahudi adalah anak-anak setan”, lalu menganggap HIAS (Hebrew Immigrant Aid Society), organisasi yang membantu pengungsi Yahudi masuk ke Amerika “akan membawa penjajah untuk rakyat kita”, ia benar-benar melakukannya.

Kurang lebih empat jam usai ia mencuitkan hal itu, Bowers berangkat sendirian menyerbu sinagoga Tree of Life Congregation dengan bersenjatakan senapan serbu jenis AR-15 dan tiga buah pistol alu menembaki para jemaat di dalamnya dengan membabibuta sambil berteriak: “Semua Yahudi harus mati!”.

Selain 11 orang tewas, insiden yang terjadi sekitar 20 menit itu juga melukai enam orang, empat di antaranya adalah polisi. Korban termuda bernama David Rosenthal dengan usia 54 tahun. Ia meninggal dunia bersama kakaknya, Cecil Rosenthal, yang berusia 59 tahun. Sementara korban tertua adalah Rose Mallinger, 97 tahun. Ada pula pasangan suami istri, Sylvan Simon (86 tahun) dan Bernice Simon (84).

Saat Bowers melakukan aksinya, di sinagoga tersebut kongregasi tengah melakukan kebaktian Hari Sabat di beberapa ruangan berbeda. Selain itu, di dalam gedung juga sedang berlangsung ritual khitanan bagi bayi dan anak laki-laki. Namun, aparat setempat telah memastikan anak-anak dan bayi tidak ada yang tewas atau terluka. Bowers akhirnya dapat dilumpuhkan setelah baku tembak dengan aparat.

Atas kejahatannya, Bowers diganjar 29 dakwaan, mulai dari pembunuhan dan kekerasan menggunakan senjata api, pelanggaran kebebasan beragama, mencegah warga melaksanakan kebebasan beragama yang berakibat pada kematian, kejahatan berlandaskan kebencian.

Sementara pihak Gab, melalui pernyataan resminya, turut mengutuk kebiadaban Bowers, namun mereka tetap menolak jika dianggap “berpartisipasi” dalam aksi tersebut. Bagi Gab, jika konteksnya adalah kejahatan, maka semua media sosial harusnya juga ikut disalahkan. “Para pelaku kriminal dan tindakan kriminal ada di setiap media sosial manapun”, demikian tulis mereka.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar